Membangun Ekosistem Pembelajaran Sepanjang Hayat yang Inklusif dan Efektif

Posted by

Ekosistem Pembelajaran Inklusif dan Efektif

Bagaimana kita beradaptasi pada perubahan, mengapa harus ada kebijakan terkait pembelajaran, dan apakah program saat ini yang terbukti inklusif dan efektif menjawab permintaan lapangan kerja dan persaingan ekonomi global?

Untuk menjawab tantangan industri dan masalah ketenagakerjaan, diperlukan program pelatihan termasuk program Prakerja dari pemerintah. Program ini sekaligus membangun jembatan antara pendidikan formal dan informal bagi angkatan kerja. Solusi percepatan peningkatan keahlian merupakan pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning), dan dapat diikuti oleh siapapun tanpa ada batasan untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Pelatihan dan program Kartu Prakerja yang memanfaatkan teknologi bisa menjadi solusi untuk menjawab masalah kualitas sumber daya manusia dan bonus demografi. Hasil pelatihan akan menunjang karir sebagai karyawan dan menjadi bekal berharga untuk berwirausaha di ragam sektor. Pelatihan kerja diharapkan dapat mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan berdampak positif bagi kemajuan sebuah negara, dan menjadi tanggung jawab kita semua untuk turut berperan dalam hal ini.

Memanfaatkan teknologi membuat program pembelajaran dan pelatihan berjalan efektif, memberikan hasil yang baik dengan biaya yang efisien. Pemanfaatan perkembangan digital dalam pelaksanaan Kartu Prakerja mampu menyajikan kelas pembelajaran dan pelatihan yang inovatif dan inklusif, terbuka bagi semua kalangan. Adanya platform digital mampu memberi beragam pilihan keterampilan dengan tampilan yang intuitif dan ramah pengguna.

Selain pemanfaatan teknologi, dibutuhkan kerja sama, kemitraan dan kolaborasi dengan berbagai pihak agar terjadi percepatan bahkan lompatan dalam memperbaiki kualitas sumber daya manusia dan mempersiapkan bonus demografi. Pemerintah, korporasi, Himpunan Kawasan Industri (HKI), Institusi Pendidikan  dan Lembaga Pelatihan Kerja bersama-sama melakukan penyesuaian dan peran yang saling melengkapi untuk membangun ekosistem pembelajaran sepanjang hayat yang inklusif dan efektif.

Baca juga :  Masalah Kesenjangan Keahlian dalam Pengembangan Kawasan Industri dan Hilirisasi

Kerjasama dengan institusi pendidikan misalnya, telah dibentuk tim asesor pelatihan Prakerja. Ada beberapa pihak yang tergabung seperti Universitas Islam Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Atmajaya, Institut Teknologi Bandung dan Indonesia Mengajar. Tim asesor ini bertugas memberikan penilaian terhadap pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan Prakerja, antara lain terhadap konten silabus pelatihan, tujuan, metode pembelajaran, durasi pelatihan, dan evaluasi pembelajaran dengan mempertimbangkan kebutuhan pasar kerja serta kewirausahaan, baik untuk pelatihan daring maupun luring dari berbagai tema.

Sedangkan kerjasama dengan pihak Korporasi dan Himpunan Kawasan Industri, misalnya dalam hal sosialisasi program Prakerja ke perusahaan-perusahaan di kawasan industri. Kemudian untuk perusahaan yang memiliki program pelatihan juga bisa bergabung menjadi mitra penyedia pelatihan di ekosistem Prakerja. Korporasi juga dapat memberi informasi berupa data dan rekomendasi  analisis kompetensi karyawan sebagai bahan pengembangan konten dan silabus.

Kemudian peran Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) serta Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) seperti TIA Academy dari Tata Informasi Asia adalah sebagai mitra pelaksana pelatihan, untuk memenuhi kompetensi angkatan kerja yang profesional, menyiapkan mental siap kerja dan siap berwirausaha, hingga memfasilitasi pembelajaran berbasis proyek (project-based learning).

Pembelajaran sepanjang hayat terus dikembangkan oleh berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Pendidikan formal tidak lagi cukup untuk mengimbangi perkembangan dan perubahan zaman. Sumber daya manusia harus siap dan terus beradaptasi pada perubahan dan mengembangkan dirinya melalui program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan (upskilling reskilling). Harus terus dipromosikan dan  diterapkan kebijakan pembelajaran sepanjang hayat yang komprehensif, penciptaan ruang pembelajaran inklusif, kurikulum dan jalur pembelajaran yang inovatif.

Baca juga :  Tantangan Pembangunan Tenaga Kerja Indonesia

Program Prakerja adalah contoh membangun ekosistem pembelajaran sepanjang hayat yang inklusif dan  efektif. Ini adalah program yang dibutuhkan untuk menyesuaikan permintaan lapangan kerja dan persaingan ekonomi global. Dengan aktif mengikuti pelatihan dan pengembangan keterampilan maka terbuka  kesempatan bagi siapa saja yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Dengan batasan usia pendaftar yang luas yakni maksimal 64 tahun, ada sebanyak 12 persen peserta yang berusia lebih dari 50 tahun, dimana 31 persen merupakan lulusan SD dan 23 persen adalah lulusan SMP (data tahun 2022). Peserta bisa secara bebas memilih pelatihan online yang tersedia, bidang apa yang diminati, yang relevan dengan pasar kerja saat ini tanpa diskriminasi.

Pemerintah memastikan program kartu Prakerja masih dijalankan pada tahun 2024. Ditargetkan 1,2  juta orang akan menerima manfaat. Kementerian Koordinator bidang Perekonomian memastikan Prakerja telah dianggarkan dalam APBN 2024. Sementara berdasarkan laporan Kementerian Keuangan, jumlah penerima Program Kartu Prakerja sebanyak 1,1 juta orang di sepanjang 2023, melebihi target yang dicanangkan awal tahun yaitu 1 juta penerima. Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja mengimbau masyarakat yang belum memiliki akun Prakerja untuk segera membuatnya secara mandiri melalui website www.prakerja.go.id dengan Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga. Nantinya, masyarakat yang sudah melakukan pendaftaran dapat memilih bidang dan mengikuti pelatihan.**